Site icon Pahami

BRI Jadi Top 3 Asean Corporate Governance Scored Card dari ACGS – Berita Jatim

BRI Jadi Top 3 Asean Corporate Governance Scored Card dari ACGS

Pahami.id – Secara konsisten dan berkesinambungan meningkatkan penerapan tata kelola perusahaan yang baik di negeri ini, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI berhasil meraih peringkat prestisius dari Asean Corporate Governance Scorecard atau ACGS untuk emiten dengan menduduki Top 3 Public Limited Companies ( PLC) di Indonesia. Selain itu, BRI juga meraih penghargaan dalam kategori ASEAN Asset Class PLC.

Terkait pencapaian yang membanggakan tersebut, dalam sambutannya saat menerima apresiasi ACGS 2021 di Main Hall Bursa Efek Indonesia (31/1/2023), Direktur Utama BRI Sunarso menyatakan bahwa pencapaian ini merupakan bentuk komitmen perusahaan untuk terus meningkatkan kinerja. kualitas penerapan GCG. Hal ini juga tidak lepas dari peran dan kontribusi BRILians atau staf BRI.

Menurutnya, sebagai BUMN sekaligus perusahaan publik dengan pemangku kepentingan di berbagai tingkatan, BRI perlu memberdayakan GCG untuk mewujudkan perusahaan yang transparan dan bertanggung jawab. “Dalam hal ini, BRI selalu berupaya meningkatkan kualitas tata kelolanya. Implementasi yang kami lakukan antara lain memastikan terpenuhinya hak dan perlakuan yang adil kepada seluruh pemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya,” jelasnya.

BRI juga menciptakan struktur kepengurusan yang bertanggung jawab melalui penyediaan Key Performance Indicators (KPI) yang selaras dengan kepentingan seluruh pemangku kepentingan. Kemudian memperkuat kualitas rapat dan komite di level manajemen puncak agar lebih efektif dan fokus, serta menambah beberapa komite di jajaran direksi, seperti komite produk dan yang terakhir membentuk Komite Lingkungan, Sosial dan Tata Kelola (Environmental, Social and Governance). panitia ESG).

Hasilnya ditunjukkan dalam Laporan Keuangan hingga Triwulan III tahun 2022 yang menunjukkan kinerja positif. Total aset BRI Group mencapai Rp 1.684,6 triliun dengan pinjaman mencapai Rp 1.111,5 triliun. Dari total portofolio kredit tersebut, sekitar 84,2% disalurkan ke segmen UMKM yang merupakan core concern dan bisnis perseroan.

Pencapaian ini sebagai upaya mewujudkan visi BRI menjadi Most Valuable Banking Group in Southeast Asia & Champion of Financial Inclusion pada tahun 2025. Oleh karena itu, lanjut dia, target penyaluran kredit UMKM oleh BRI minimal 85% dari total portofolio di 2024.

Berkat penerapan GCG yang kuat, menurutnya, masyarakat mempercayakan simpanan dananya di BRI yang mencapai Rp1.139,8 triliun. Dari total dana pihak ketiga tersebut, 65,4% bahkan merupakan dana murah atau Current Account Saving Account (CASA). BRI juga mampu mengelola manajemen risiko dengan baik dengan NPL terjaga di 3,09% dan pencadangan yang memadai di 278,8%. Selama periode itu, BRI membukukan laba Rp 39,3 triliun.

Oleh karena itu, menurut Sunarso, sejalan dengan dua visi besar BRI, penerapan GCG merupakan cara perusahaan untuk menciptakan nilai perusahaan yang berkelanjutan bagi seluruh pemangku kepentingan. Sehingga BRI akan terus berkomitmen meningkatkan praktik GCG serta mendukung seluruh rencana dan strategi Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Bursa Efek Indonesia (BEI) dalam mewujudkan pasar modal yang kuat dan sehat.

Pada kesempatan yang sama, Inarno Djajadi, Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Derivative Finance dan Carbon Exchange, yang sekaligus menjabat sebagai Anggota Dewan Komisioner OJK, mengatakan dalam roadmap pasar modal Indonesia 2023-2027, penguatan governance merupakan salah satu enabler yang mendukung visi dan misi pasar modal. OJK memiliki target untuk mengembangkan kapitalisasi pasar modal sebesar Rp15.000 triliun atau sekitar 70% dari PDB Indonesia pada tahun 2027.

“Oleh karena itu, kapasitas dan kualitas tata kelola, khususnya bagi perusahaan yang terdaftar di pasar modal, diharapkan dapat memenuhi standar praktik terbaik dalam skala regional dan internasional. Salah satu standar yang dijadikan acuan untuk mengevaluasi tata kelola perusahaan di tingkat daerah adalah ACGS,” kata Inarno.

Dalam acara yang sama, Direktur Utama PT BEI Iman Rachman menyampaikan bahwa tata kelola perusahaan yang baik dilihat dari penilaian ACGS 2021 merupakan arahan dari manajemen puncak di perusahaan yang membentuk kebijakan internal, mengungkapkan informasi yang komprehensif dan mudah diakses. kepada publik.

“ACGS merupakan ajang internasional yang dinantikan oleh perusahaan-perusahaan terdaftar di kawasan Asean. Oleh karena itu, merupakan suatu kehormatan bagi pasar modal Indonesia melihat pencapaian pertama perseroan dalam Top 20 Asean Public Listed Companya atau PLC,” ujar Iman.

Oleh karena itu, ia berharap kedepannya perusahaan-perusahaan emiten di Indonesia dapat terus menjaga kinerjanya dan menerapkan GCG. Selain itu juga dapat meningkatkan standar tata kelola perusahaan sehingga emiten lebih berdaya saing di dalam dan luar negeri.

Sebagai informasi, ACGS merupakan ide yang dicetuskan oleh Asean Capital Markets Forum (ACMF). ACGS bertujuan untuk menyampaikan pesan kepada dunia bahwa praktik tata kelola perusahaan yang baik menjadi prioritas ASEAN saat ini dengan standarisasi yang ketat. ACGS pertama kali diluncurkan pada tahun 2011 dan telah berkembang menjadi motor penggerak reformasi penerapan tata kelola perusahaan yang terdaftar di negara-negara anggota ASEAN.

Asesmen ACGS terhadap 100 emiten Indonesia periode 2021 juga meningkat. Dimana skor rata-rata nasional meningkat sebesar 9,36% dari 70,8 pada tahun 2019 menjadi 77,4 pada tahun 2021.

Hasil penilaian ACGS telah digunakan oleh regulator, SRO, investor, fund manager dan pemangku kepentingan lainnya sebagai acuan. Saat ini negara anggota Asean yang mengikuti penilaian ACGS selain Indonesia adalah Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand, dan Vietnam.

Exit mobile version