Pahami.id – Belakangan ini suporter sepak bola di Malang Raya semakin panas, khususnya suporter Arema FC. Sikap mereka terpecah, terutama dampak Tragedi Kanjuruhan yang menewaskan 135 orang.
Satu grup menamakan diri Arek Malang Berdikap, yang juga beranggotakan mantan suporter Arema FC. Mereka kecewa dengan sikap manajemen yang terkesan kurang empati terhadap para korban tragedi malam kelam 1 Oktober 2022 itu.
Klaim mereka ada tiga; Pertama, Menuntut AREMA FC (PT AABBI) sebagai klub asusila untuk mundur dari kompetisi. Kedua, mereka menolak segala aktivitas PT AABBI (AREMA FC) sebagai salah satu pihak yang terlibat dalam tragedi Kanjuruhan di Malang Raya.
Kemudian, mereka juga mendesak PT ABBI (Arema FC) sebagai subjek hukum (korporasi) untuk berpartisipasi aktif dalam Tragedi Kanjuruhan #USUTTUNTAS dan bekerja sama dalam proses hukum yang sedang berlangsung.
Ketiga tuntutan tersebut terus didengungkan dalam berbagai aksinya yang diikuti ratusan warga Kota Malang. Aksi dan teriakan tuntutan itu disampaikan sejak proses hukum tersangka kasus tragedi itu menjalani proses hukum.
Namun, manajemen Arema FC sepertinya tidak menghiraukan tuntutan tersebut. Akibatnya, demonstrasi yang berujung kerusuhan yang merusak kantor manajemen klub pecah pada Minggu (29/01/2023). Tujuh orang telah ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus ini.
Kelompok yang mengatasnamakan Arek Malang Bertitude dalam aksinya biasa mengenakan seragam hitam berbagai macam menuntut pengusutan kasus Tragedi Kanjuruhan yang juga melukai ratusan pendukungnya.
Namun berbeda dengan kelompok lainnya, Aremania–yang lebih pro manajemen. Mereka juga tampil namun tetap mengenakan seragam Aremania dan Arema FC. Sikap mereka berbeda dengan Arek Malang.
Dalam aksinya kemarin, Selasa (31/01/2023), sebagaimana diunggah akun resmi Arema FC, kelompok ini mengembalikan logo Arema FC yang jatuh akibat dirusak oleh kelompok Arek Malang Bersikap.
Akun Insagram @aremafcofficial menulis, “Aremania kembali ke kantor manajemen Arema FC di Jalan Mayjend Panjaitan pada Selasa (31/1/2023). Kedatangan Aremania kali ini berbeda 180 derajat dengan apa yang dilakukan suporter Singo Edan pada Minggu (29/29). .1/2023).
“Aremania memberikan dukungan terhadap keberadaan Arema FC dengan mengunjungi Kandang Singa pada Selasa (31/1/2023). Dalam aksi tersebut, Aremania juga melakukan dialog dengan manajemen Arema FC dan perwakilan direksi,” dia menulis. Akun.
Namun, unggahan aksi pro-manajemen Aremania itu pun mendapat reaksi dari berbagai netizen. “AREMA DIDADEKNO 2 MENGEN AE.. SEMUA ORANG DIPATENI SAKMUNU AKEH E NJEGIDEK AEE!!!! #SamAmbon,” tulis akun @eastbl *****.
“Ayo SAMPUL i piroan all iku,” tulis akun @nutri**** menyindir manajemen Aremania pro.
“Jujur kami tidak semangat,” tulis akun @adlemmadrid ****.
“@adlemmadridistas vakum di cabut ae sam kuy,” tulis akun @kevin_damay ****.
Sementara itu, terkait heboh mundurnya Arema FC, Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Zainudin Amali berharap klub Singo Edan tetap berlaga di Liga 1 Indonesia 2022-2023 di tengah pertimbangan manajemen tim berjuluk “Singo Edan” untuk membubarkan tim setelah kerusuhan.
“Semua klub yang ada, yang ada hari ini, silahkan main,” kata Menpora di Gedung Kemenpora, Jakarta, Senin (31/01/2023).
Zainudin Amali menilai tidak adil jika tindakan tidak bertanggung jawab beberapa pihak harus mengorbankan klub. Jika memang ada pihak yang mencoreng nama klub dengan sikap negatif, Menpora meminta agar diberi sanksi.
“Yang ‘mengganggu’ harus dikejar. Klub jangan dikorbankan. Polisi harus cari pelakunya,” kata Zainudin Amali.
Dalam kesempatan itu, Menpora menyampaikan dukungannya kepada polisi yang menangkap sekitar 107 orang pasca bentrok di kantor Arema FC, Minggu (29/1).
Menurut Zainudin Amali, setiap orang tidak boleh melakukan kekerasan meski dalam keadaan marah.
“Kami mendukung langkah-langkah yang diambil polisi untuk menegakkan aturan. Siapa pun yang berniat menghasut harus ditindak sesuai hukum yang ada,” kata Menpora.
Keputusan pembubaran tim disampaikan oleh Komisaris PT. Arema Aremania Bersatu Bersatu Indonesia (PT. AABBI) Tatang Dwi Arfianto usai demo di kantor Arema FC.
Tatang mengatakan Arema FC siap mengambil keputusan penting terkait masa depan klub jika kehadiran mereka dianggap mengganggu kondusifitas lingkungan di Malang.
“Manajemen Arema FC akan mempertimbangkan untuk mengambil keputusan pembubaran jika dirasa tidak kondusif,” ujarnya.
“Ini murni kasus pidana perusakan kantor Arema FC, tidak ada kaitannya dengan peristiwa Kanjuruhan,” ujarnya.