Site icon Pahami

Apa Itu Jawa Sentris yang Diucap Gibran Saat Debat Cawapres? Pernah Diungkap Hamka 66 Tahun Lalu – Berita Jatim

Apa Itu Jawa Sentris yang Diucap Gibran Saat Debat Cawapres? Pernah Diungkap Hamka 66 Tahun Lalu

Pahami.id – Calon wakil presiden (cawapres) nomor urut 2 Gibran Rakabuming Raka saat menyampaikan visi misi debat Pilpres 2024 siang tadi, Jumat (22/12), menyinggung soal Javacentricity.

Gibran mengatakan, jika dirinya dan Prabowo Subianto menjadi presiden dan wakil presiden pada Pilpres 2024, maka pembangunan di Indonesia tidak akan terpusat di Pulau Jawa.

“Kami juga akan terus mendistribusikan pembangunan yang tidak lagi Jawa-sentris,” kata Gibran.

Presiden Jokowi pun menyampaikan apa yang disampaikan Gibran. Menurut Jokowi, pembangunan ekonomi di Indonesia tidak lagi Jawa-sentris, tapi Indonesia-sentris.

Hal tersebut disampaikan Jokowi saat menghadiri Mandiri Investment Forum 2023 di Hotel Fairmont, Jakarta, Rabu (1/2/2023).

Lalu pertumbuhannya 53%, yang saya senang, di luar Pulau Jawa, di Pulau Jawa 47%. Artinya kita tidak lagi berpusat di Pulau Jawa, tapi berpusat di Indonesia, kata Jokowi.

Sebagai informasi, debat cawapres Pilpres 2024 berlangsung siang tadi di Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta Pusat.

Debat wakil presiden malam ini akan mengusung tema ekonomi kerakyatan, ekonomi digital, keuangan, investasi, perpajakan, perdagangan, pengelolaan APBN dan APBD, infrastruktur dan perkotaan.

Jadi apa itu Java sentris? Java-sentris bisa dikatakan merupakan istilah yang merujuk pada dominasi budaya, ekonomi, dan politik Jawa terhadap wilayah lain di Indonesia. Menariknya, isu Jawa sentris mendapat kritik pedas dari Buya Hamka.

Buya Hamka 66 tahun lalu dalam artikelnya berjudul “Semakan Sejarah” di surat kabar Haluan menilai gejolak di daerah bukan hanya disebabkan oleh pembagian ekonomi yang tidak adil, tapi juga karena penulisan sejarah yang terlalu Jawa-sentris.

“Dalam buku-buku sejarah yang ‘diakui’ oleh dunia pendidikan, ‘Sejarah Jawa’ pada zaman dahulu diutamakan. Kalau mau tahu ‘sejarah Indonesia’ harus mengutamakan Pulau Jawa, harus mempelajari Majapahit secara mendalam. “Biarlah Gajah Mada dan Hayam Wuruk mendapat pujian setinggi-tingginya,” tulis Hamka.

Exit mobile version