Pahami.id – Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar atau Cak Imin resmi menjadi pasangan suami istri. Cak Imin sempat menceritakan proses singkat yang akhirnya membuatnya memilih menjadi calon wakil presiden (cawapres) melawan Anies Baswedan.
Pengamat politik Mochtar W Oetomo menilai keputusan tersebut terlalu singkat tanpa berpikir dua kali.
“Sejak tahun 2004, mereka (PKB) mempunyai ambisi kadernya menjadi calon presiden dan wakil presiden. Namun semuanya tidak berhasil. Jadi, sekarang ada peluang dari tawaran Nasdem atau Anies, ujung-ujungnya tawaran itu dianggap belum matang, ujarnya, Senin (4/9/2023).
Menurutnya, pilihan tanpa pertimbangan mempunyai konsekuensi lebih lanjut. PKB menilai masuknya calon presiden atau wakil presiden akan berdampak pada peningkatan suara partai. “Tapi, dia tidak mempertimbangkan hal lain,” tambahnya.
Namun, kata dia, Cak Imin tidak memperhitungkan perbedaan ideologi antara pemilih PKB dan Anies Baswedan. Pemilih PKB didominasi oleh Islam moderat tradisional, sedangkan Anies didominasi Islam moderat modern.
“Sejauh ini masih ada jarak. Baik dari segi psikologi maupun pemilu, pemilih PKB atau pendukung Anies. Sehingga, keputusan tersebut mengejutkan pendukung setia PKB dan Anies. Sulit bagi dua pendukung setia ini untuk berada di jalur yang sama, jelasnya.
Mochtar menilai pasangan Anies-Cak Imin perlu bekerja lebih keras dan berhati-hati. Sebab, jika mereka membangun narasi yang salah kepada publik, termasuk para loyalisnya, maka mereka akan ditinggalkan oleh para loyalisnya pada tahun 2024.
Tantangan berat mereka adalah bagaimana membangun narasi yang bisa diterima oleh dua kelompok yang berbeda ideologi ini, tambahnya.
Kontributor: Yuliharto Simon Christian Yeremia